Assalamua'alaikum.
Hari jum'at gini, pulang futsal, posting yang agak dingin-dingin enak kali yah.. tambah es plus buah-buahnya kayaknya makin manthab. hehehehe...
tapi endhak ah.. saya cuma mau cerita latar belakang belakang kenapa blog ini saya namakan bhayangkara, sekaligus bersama-sama kita belajar mengenal sejarah negara kita.hehehehehe......
Saya yakin sebagian besar orang indonesia jika mendengar tentang bhayangkara pasti ada kaitanya dengan kepolisian. Yah.. memang, tapi bukan karena itu saya mengambil nama bhayangkara.
"GAJAH MADA", yups.. dialah dedengkot terciptanya sebuah pasukan bhayangkara.
Masa kanak-kanak
Gajah Mada terbilang sangat cerdas dibandingkan anak seumuran dia. Saat itu, Naga Baruna, yang kelak menjadi guru sekaligus
orang tua angkatnya sangat tertarik dengan kecerdasan anak desa itu.
Naga Baruna berhasil membujuk Gajah Mada untuk ikut ke pesanggrahannya.
Di peguron yang sangat sejuk, dekat air terjun itulah kemudian Gajah
Mada dididik berbagai macam ilmu. Bukan hanya kanuragan, namun juga
sastra, budaya, sosial kemasyarakatan dan tata pemerintahan sampai dia menjadi "bekel" atas pasukan yang dia namakan "BHAYANGKARA"
Sedikitnya catatan sejarah mengenai Bhayangkara pada masa
Singasari menjadikan Bhayangkara pada masa Majapahit lebih tersohor,
bukan saja karena peranan Gajah Mada yang menjadi tampuk pimpinan
pasukan, tapi juga karena Bahyangkara pada Masa Majapahit tertuang
dengan jelas dalam literatur-literatur kuno, seperti Negarakertagama dan
Pararaton.
"Begini keindahan lapang watangan luas bagaikan tak berbatas.
Menteri, bangsawan, pembantu raja di Jawa, di deret paling muka.
Bhayangkari tingkat tinggi berjejal menyusul di deret yang
kedua: Nagarakretagama 9.2"
"Sira Gajah Mada ambekel ing bhayangkara…./ Gajah Mada yang menjadi kepala pasukan bhayangkara: Pararaton 26"
Selain itu juga, dalam Nagarakretagama pupuh IX pada 1 dijelaskan, bahwa sehubungan
dengan mangkatnya Tohjaya di Katang Lambang pada tahun 1248 di daerah
Pasuruan, maka di antara barisan pengawal yang berkewajiban menjaga
keamanan kraton adalah Kesatuan Bhayangkara.
Di tangan Gajah Mada, Kesatuan Bhayangkara menjadi kekuatan sipil
yang sangat berpengaruh pada zamannya. Sehingga keselamatan para raja
dan keluarganya berada mutlak di bawah kewenangan dan tanggungjawab
Kesatuan Bhayangkara.
Kesatuan Bhayangkara, sebagai kekuatan sipil telah memberikan
kepercayaan yang sangat kuat di hati masyarakat, sebagai pengayom dan
pelindung rakyat.
Awal ketenaran nama Bhayangkara dimulai ketika munculnya
pemberontakan Ra Kunti yang berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada dengan
pasukannya yang bernama Bhayangkara. Gajah Mada, yang ketika itu
memimpin pengawal raja, membantu Jayanegara melarikan diri dari ibu kota
dan menyembunyikannya dari kejaran pemberontak.
Cerita rakyat menyatakan dalam pelarian di Desa Badander itu, satu
dari IS anggota Pasukan Bhayangkara menyatakan ingin pulang ke ibu kota.
Gajah Mada melarangnya, tetapi prajurit itu ngotot. Akhirnya, prajurit
itu dibunuh karena diduga akan membelot.
Gajah Mada kemudian melancarkan operasi intelijen untuk menyelidiki
kondisi ibu kota Majapahit di bawah Kuti. Dia menggelar survei kilat
untuk memetakan sikap para bangsawan kerajaan terhadap posisi
Jayanegara. Dari sana dia tahu bahwa dukungan publik terhadap Jayanegara
masih kuat.
Dengan bantuan para bangsawan di pusat kota, Gajah Mada bersama
Pasukan Bhayangkara berhasil memukul balik Kuti dan mendudukkan kembali
Jayanegara ke istana untuk kedua kalinya. Setelah Jayanegara meninggal,
Majapahit dipimpin oleh Tribuwana Tunggadewi pada tahun 1334 yang
kemudian mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih. Kedudukan mahapatih
saat itu kira-kira dapat disamakan dengan perdana menteri dalam era
politik modern.
Tak selamanya Gajah Mada dan Pasukan Bhayangkara mencatat tinta
emas, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, begitu juga akhir
kisah Gajah Mada dan pasukannya, noda hitam itu muncul akibat
kesalahpahaman antara Gajah Mada dengan Raja Hayam Wuruk dan juga
kesalahan strategi Gajah Mada dalam penaklukan kerajaan Sunda sehingga
Akhirnya muncul Perang bubat. Sumpah Palapa membawa petaka. Tidak
disebutkan apakah nama bhayangkara masih digunakan di Majapahit setelah
era Gajah Mada. Yang pasti, nama pasukan pengawal raja yang dia pimpin
dalam menyelamatkan Jayanegara itu diadopsi oleh Kepolisian Republik
Indonesia (Polri).
Penggambaran Bhayangkara dalam Khazanah kesejarahan Nusantara menjadi
bukti bahwa pasukan elit ini adalah pasukan berkelas yang memiki cinta
tanah air yang luar biasa, menjadi penjaga dari munculnya ekstrimis dan
terorisme yang melakukan pemberontakan. walau Bhayangkara dan Gajah
mada adalah pasukan yang bernafsu pada kekuasaan dan anti kritik hingga
terkadang justru menghancurkan negara dari dalam, seperti pembrontakan
pada masa Singasari hingga kesalahan strategi dalam perang Bubat.
hehehe.... seru kan...??? so pasti... oya.. kalo sobat dan agan sekalian penasaran akan cerita gajahmada, saya pernah baca novel karangan "Langit Khrisna Hariyadi", ada 4 seri, sayang salah satu seri yang membahas tentang perang bubat (katanya sih) tidak mendapat ijin peredaran karena di berbau sara dan dikhawatirkan menimbulkan keresahan... kalo ada agan yang punya bukunya saya pinjem doooong. hehehehe....
ukeylah kalo begittu.. lanjut di postingan2 selanjutnya... semoga brmanfaat,... :)
wassalamu'alaikum.
Jumat, 23 Maret 2012
Bhayangkara
Diposting oleh
dhodjuan
di
Jumat, Maret 23, 2012
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar
saran dan kritik sangat dibutuhkan bagi www.bhayangkara87.blogspot.com